Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, buah naga kini marak dikebunkan. Penanaman buah naga tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, hingga ke Kalimantan. Kebun-kebun buah naga juga banyak ditemui. Memang, budidaya buah naga tergolong mudah dan minim perawatan. Selain di lahan luas, buah naga juga bisa diusahakan di lahan sempit seperti di kebun maupun halaman rumah dengan menggunakan pot. Itulah sebabnya para pembudidaya buah naga mampu meraup keuntungan besar.
Penanaman buah naga kini diarahkan ke sistem budidaya organik. Dengan
membudidayakan buah naga secara organik, dapat dihasilkan buah dengan
kualitas yang lebih baik. Keuntungan dari teknik budidaya buah naga
secara organik adalah buah yang dihasilkan sehat tanpa adanya residu
bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia dan lingkungan sekitar.
Dengan demikian pencemaran lingkungan baik air, udara, maupun tanah oleh
paparan pestisida bisa dikurangi. Disamping itu, penggunaan bahan
organik juga dapat mengembalikan kesuburan tanah, sehingga tanah bisa
digunakan untuk proses budidaya pertanian berkelanjutan.
Sejauh ini di Indonesi sistem budidaya buah naga di Indonesia masih menggunakan bahan kimia, baik itu pemupukan maupun penggunaan pestisida. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dengan tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik justru dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah dalam kurun waktu tertentu. Tekstur tanah pertanian menjadi kurang subur, keras dan tandus akibat aplikasi pupuk kimia yang berlebihan. Selain itu penggunaan pestisida dosis tinggi dapat menimbulkan residu bahan kimia pada hasil produksi. Jika buah dengan paparan residu pestisida tinggi dikonsumsi oleh manusia secara terus menurus, maka residu pestisida tersebut akan terakumulasi dan menjadi racun dalam tubuh.
Sejauh ini di Indonesi sistem budidaya buah naga di Indonesia masih menggunakan bahan kimia, baik itu pemupukan maupun penggunaan pestisida. Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dengan tidak diimbangi dengan pemberian pupuk organik justru dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah dalam kurun waktu tertentu. Tekstur tanah pertanian menjadi kurang subur, keras dan tandus akibat aplikasi pupuk kimia yang berlebihan. Selain itu penggunaan pestisida dosis tinggi dapat menimbulkan residu bahan kimia pada hasil produksi. Jika buah dengan paparan residu pestisida tinggi dikonsumsi oleh manusia secara terus menurus, maka residu pestisida tersebut akan terakumulasi dan menjadi racun dalam tubuh.
SYARAT TUMBUH TANAMAN BUAH NAGA
Syarat tumbuh tanaman buah naga tidak berbeda jauh dengan tanaman kaktus atau tanaman gurun pasir lainnya. Karena berasal dari daerah gurun pasir yang panas dan kering maka buah naga umumnya tumbuh baik di dataran rendah hingga menengah, yaitu buah naga sepesies Hylocereus undatus, yaitu buah naga dengan daging putih akan tumbuh baik pada ketinggian kurang dari 300 mdpl, sedangkan buah naga spesies Hylocereus costaricensis, yaitu buah naga dengan daging super merah (super red) tumbuh baik pada ketinggian 0-100mdpl. Sementara itu buah daga spesies Selenicereus megalanthus, yaitu buah naga dengan kulit kuning, daging putih tanpa sisik, akan tumbuh baik pada daerah dingin dengan ketinggian lebih dari 800 mdpl.
Tanaman buah naga lebih menyukai kondisi kering dibandingkan dengan kondisi basah dengan curah hujan rendah yaitu 720 mm/tahun. Buah naga masih dapat tumbuh pada curah hujan tinggi yaitu antara 1.000-1.300 mm/tahun, akan tetapi rentang terserang penyakit busuk akar dan busuk batang. Hal ini disebabkan tanaman buah naga tidak tahan genangan air.
Tanaman buah naga juga membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh. Oleh karena itu lokasi penanaman buah naga sebaiknya dilakukan di lahan terbuka tanpa naungan. Lahan terbuka juga memberikan sirkulasi udara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Susu udara ideal untuk pertumbuhan buah naga antara 26-36 derajat C.
Kondisi tanah yang disukai adalah tanah yang gembur, porous, serta banyak mengandung bahan organik dan hara. Hindari tanah yang banyak mengandung logam berat dan garam. pH tanah optimal antara 6-7. Pada tanah masam menyebabkan akar tanaman menjadi pendek dan rusak. Akibatnya, akar tidak mampu menyerap unsur hara dengan baik sehingga tanaman mengalami kekurangan unsur hara dan pertumbuhannya terhambat.
Meskipun tahan terhadap kekeringan, bukan berarti tanaman buah naga tidak memerlukan air. Air merupakan kebutuhan vital bagi tanaman. Oleh karena itu, air harus tersedia dengan baik. Hindari lokasi yang mudah tergenang saat musim hujan, karena tanaman buah naga merupakan tanaman yang sensitif terhadap kelebihan air. Genangan air menyebabkan kelembaban tanah tinggi sehingga berpotensi menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan penyakit.
PERSIAPAN TEKNIS BUDIDAYA BUAH NAGA
Pemilihan lokasi budidaya buah naga perlu diperhatikan, hal ini bertujuan untuk memenuhi syarat tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan buah naga. Pemilihan lokasi yang tepat akan menjadi faktor pertama yang menentukan keberhasilan budidaya buah naga.
Setelah menentukan lokasi budidaya maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengukuran pH tanah untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa dilakukan dengan kertas lakmus, PH meter, atau cairan PH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan dengan cara zigzag.
PELAKSANAAN BUDIDAYA BUAH NAGA
Persiapan Lahan Budidaya Buah naga
Setelah lokasi penanaman
ditentukan dan melakukan pengukuran pH tanah maka dilanjutkan dengan
persiapan lahan untuk budidaya. Persiapan tersebut mencakup pemasangan
tiang panjatan, pembersihan lahan, serta pengolahan lahan.
Buah naga merupakan tanaman merambat sehingga dibuthkan tiang panjatan untuk menopang pertumbuhan batang dan cabangnya. Bentuk atau model tiang panjatan dalam budidaya buah naga ada macam, yaitu bentuk tunggal dan bentuk kelompok atau pagar. Tiang panjatan harus kuat dan mampu bertahan selama beberapa tahun karena umur tanaman buah naga yang panjang.
Tiang panjatan bentuk tunggal
Buah naga merupakan tanaman merambat sehingga dibuthkan tiang panjatan untuk menopang pertumbuhan batang dan cabangnya. Bentuk atau model tiang panjatan dalam budidaya buah naga ada macam, yaitu bentuk tunggal dan bentuk kelompok atau pagar. Tiang panjatan harus kuat dan mampu bertahan selama beberapa tahun karena umur tanaman buah naga yang panjang.
Tiang panjatan bentuk tunggal
Tiang panjatan bentuk tunggal bisa menggunakan beton atau tiang panjatan
hidup dari batang tanaman. Tiang panjatan ini digunakan untuk menopang
empat tanaman yang berproduksi dengan produktifitas rata-rata 3 kg
per-tanaman. Para pembudidaya buah naga biasanya menggunakan tiang
panjatan yang terbuat dari beton atau pipa PVC. Bentuk tiang panjatan
bisa persegi, bulat, segitiga atau bentuk yang lain sesuai dengan selera
pembudidaya. Untuk tiang panjatan yang berbentuk persegi dibuat dengan
ukuran 10 cm x 10 cm, bentuk bulat dibuat dengan diameter 10 cm, dan
bentuk segitiga dibuat dengan panjang sisi 15 cm. Tinggi tiang panjatan
antara 1,5-2 meter. Jika jarak tanam buah naga 2,5 m x 2 m dan setiap
tiang panjatan ditanami 4 tanaman maka untuk lahan selua 1 ha dibutuhkan
sekitar 2.000 tiang panjatan dan 8.000 bibit buah naga.
Alternatif lain selain tiang beton. Bisa menggunakan tiang panjatan hidup, misal tanaman angsana. Jati, jaranan, dan Clerecedae. Artinya tiang panjatan berupa tanaman hidup yang memiliki perakaran cukup dalam dan tanaman tersebut harus tahan pemangkasan berat karena buah naga harus terkena sinar matahari langsung agar bisa berproduksi secara optimal. Oleh karena itu, tiang panjatan hidup harus sering dipangkas apabila sudah menutupi batang dan cabang buah naga. Tiang panjatan hidup harus memiliki tinggi minimal 2 m dan berdiameter minimal 10 cm karena jika diameter kurang dari 10 cm dikhawatirkan tidak kuat menopang pertumbuhan buah naga. Penggunaan tiang jenis ini lebih menghemat biaya daripada tiang beton meskipun tidak sekuat dan tahan lama seperti itang beton. Namun demikian dengan adanya tiang panjatan hidup juga membutuhkan tambahan pupuk sehingga menambah biaya pemeliharaan.
Tiang panjatan ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 50 cm agar tiang berdiri kokoh dan kuat menyangga tanaman. pada ujung tiang bagian atas diberi besi melingkar dengan diameter 30-60 cm berbentuk seperti stir mobil. Besi melingkar ini berfungsi sebagai tempat menopang cabang dan anak cabang tanaman buah naga. Apabila besi beton dirasa cukup mahal bisa menggunakan ban sepeda motor, ban mobil, atau bisa juga para-para dari kayu yang berbentuk menyilang. Jika menggunakan ban, agar bar kuat perlu dimasukkan ke dalam besi penyangga. Bila ban dibelah, maka ban perlu diikat pada besi penyangga agar kuat.
Tiang panjatan bentuk kelompok (double rowing)
Alternatif lain selain tiang beton. Bisa menggunakan tiang panjatan hidup, misal tanaman angsana. Jati, jaranan, dan Clerecedae. Artinya tiang panjatan berupa tanaman hidup yang memiliki perakaran cukup dalam dan tanaman tersebut harus tahan pemangkasan berat karena buah naga harus terkena sinar matahari langsung agar bisa berproduksi secara optimal. Oleh karena itu, tiang panjatan hidup harus sering dipangkas apabila sudah menutupi batang dan cabang buah naga. Tiang panjatan hidup harus memiliki tinggi minimal 2 m dan berdiameter minimal 10 cm karena jika diameter kurang dari 10 cm dikhawatirkan tidak kuat menopang pertumbuhan buah naga. Penggunaan tiang jenis ini lebih menghemat biaya daripada tiang beton meskipun tidak sekuat dan tahan lama seperti itang beton. Namun demikian dengan adanya tiang panjatan hidup juga membutuhkan tambahan pupuk sehingga menambah biaya pemeliharaan.
Tiang panjatan ditancapkan ke dalam tanah dengan kedalaman sekitar 50 cm agar tiang berdiri kokoh dan kuat menyangga tanaman. pada ujung tiang bagian atas diberi besi melingkar dengan diameter 30-60 cm berbentuk seperti stir mobil. Besi melingkar ini berfungsi sebagai tempat menopang cabang dan anak cabang tanaman buah naga. Apabila besi beton dirasa cukup mahal bisa menggunakan ban sepeda motor, ban mobil, atau bisa juga para-para dari kayu yang berbentuk menyilang. Jika menggunakan ban, agar bar kuat perlu dimasukkan ke dalam besi penyangga. Bila ban dibelah, maka ban perlu diikat pada besi penyangga agar kuat.
Tiang panjatan bentuk kelompok (double rowing)
Berbeda dengan tiang panjatan tunggal, model tiang panjatan double
rowing mirip dengan tiang untuk menjemur pakaian. Artinya, bisa
merambatkan lebih dari satu tanaman buah naga. Tiang panjatan kelompok
lebih hemat dalam biaya pembuatannya dan lebih efisien karena bisa
merambatkan banyak tanaman buah naga. Namun, kelemahan bentuk tiang
panjatan seperti ini adalah perawatan yang sulit karena cabang tanaman
bisa saling terkait satu sama lain dan kurang tahan terhadap beban
tanaman yang terlalu berat.
Dua buah tiang dihubungkan dengan kawat tebal sebagai penyangga batang tanaman buah naga dengan jarak antar tiang 4 meter. Tiang terbuat dari semen cor berukuran minimal 15 cm x 15 cm dan tinggi 2-2,5 meter, termasuk bagian yang terpendam di dalam tanah 50 cm. Tiang sebaiknya diberi penguat dari besi agar tidak miring ketika menopang beratnya sulur tanaman buah naga. Pada ujung tiang dipasang palang dari besi, melintang sepanjang 50-60 cm yang menyatu dengan tiang beton. Kemudian menghubungkan kedua ujung palang dengan ujung palang pada tiang lainnya menggunakan kawat tebal dan kuat, sehingga menyerupai jemuran. Dari kedua kawat penghubung tiang panjatan ini dipasang kawat vertikal menuju kearah masing-masing titik tanam. Kawat vertikal ini yang akan digunakan sebagai penopang batang utama buah naga.
Sistem panjatan double rowing dengan panjang 4 meter dapat menampung 20-26 tanaman buah naga. Jarak tanam antarbaris 30 cm dan antartanaman 1 m dengan model penanaman zigzag. Dengan penataan seperti itu jumlah cahaya yang diterima bisa merata.
Dua buah tiang dihubungkan dengan kawat tebal sebagai penyangga batang tanaman buah naga dengan jarak antar tiang 4 meter. Tiang terbuat dari semen cor berukuran minimal 15 cm x 15 cm dan tinggi 2-2,5 meter, termasuk bagian yang terpendam di dalam tanah 50 cm. Tiang sebaiknya diberi penguat dari besi agar tidak miring ketika menopang beratnya sulur tanaman buah naga. Pada ujung tiang dipasang palang dari besi, melintang sepanjang 50-60 cm yang menyatu dengan tiang beton. Kemudian menghubungkan kedua ujung palang dengan ujung palang pada tiang lainnya menggunakan kawat tebal dan kuat, sehingga menyerupai jemuran. Dari kedua kawat penghubung tiang panjatan ini dipasang kawat vertikal menuju kearah masing-masing titik tanam. Kawat vertikal ini yang akan digunakan sebagai penopang batang utama buah naga.
Sistem panjatan double rowing dengan panjang 4 meter dapat menampung 20-26 tanaman buah naga. Jarak tanam antarbaris 30 cm dan antartanaman 1 m dengan model penanaman zigzag. Dengan penataan seperti itu jumlah cahaya yang diterima bisa merata.
Pembersihan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk budidaya buah
naga perlu dibersihkan dari semak, gulma, dan sampah. Semak atau pohon
kecil yang tampak di lahan dipotong sampai pangkal batan atau dicabut
agar tidak tumbuh kembali. Sementara untuk cabang dan ranting pohon yang
sudah besar dipotong sampai pangkal cabang atau ranting. Gulma yang
tumbuh di lahan juga harus dibersihkan dengan cara dicangkul
tipis-tipis.
Pengolahan Lahan Dan Pemupukan Dasar
Lahan yang sudah bersih
kemudian dicangkul di sekitar daerah penanaman buah naga. Pencangkulan
ini bertujuan untuk memcah tanah menjadi agregat-agregat kecil dan
membalik tanah agar aerasi tanah lebih baik. Selain itu pecangkulan juga
bertujuan agar lapisan tanah bawah bisa tercampur dengan lapisan tanah
atas sehingga penyebaran humus atau bahan organik bisa merata ke seluruh
lapisan tanah. Dengan demikian, tanah menjadi gembur dan subur sehingga
akar tanaman buah naga dapat menyerap unsur hara dengan baik.
Lahan dengan pH tanah di bawah 6 harus dilakukan pengapuran dengan dosis 1,2 ton/ha ditabur merata keseluruh lahan. Selanjutnya pembuatan lubang tanam sesuai dengan model tiang panjatan yang digunakan.
Pada sistem panjatan tunggal, pengolahan tanah hanya dilakukan disekitar tiang panjatan saja. Buat lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman 30 cm di sekitar tiang panjatan. Masukkan media tanam ke dalam lubang tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir/sekam bakar dengan perbandingan 1:1:1. Setelah itu lakukan penyiraman pada media tanam hingga basah dan biarkan terkena sinar matahari selama satu minggu. Agar pertumbuhan dan produksi tanaman buah naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman. Langkah selanjutnya adalah membuat drainase berupa parit diantara baris tanaman. Pembuatan drainase bertujuan untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan.
Berbeda dengan pengolahan tanah sistem panjatan tunggal. Pada sistem panjatan kelompok (double rowing) pengolahan tanah dilakukan pada seluruh alur penanaman diantara dua tiang betong yang sudah dipersiapkan. Alur dibuat sepanjang 4 m dengan lebar galian 40-60 cm. Arah alur sesuai dengan arah kawat pengikat batang, yaitu diantara dua tiang betong. Kemudian media tanam ditebar merata ke dalam alur yang telah dibuat. Komposisi media tanama yang digunakan dalam satu alur adalah 20 kg tanah top soil, 20 kg pupuk kandang, dan 20 kg sekam bakar. Aduk bahan tersebut hingga merata kemudian dimasukkan ke dalam lubang alur. Setelah semua media dimasukkan ke dalam alur kemudian dilakukan penyiraman pada media hingga basah. Biarkan terkena sinar matahari selama satu minggu. Penngeringan bertujuan agar media tanam terbebas dari patogen atau penguapan akibat proses dekomposisi. Agar pertumbuhan dan produksi tanaman buah naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman.
Lahan dengan pH tanah di bawah 6 harus dilakukan pengapuran dengan dosis 1,2 ton/ha ditabur merata keseluruh lahan. Selanjutnya pembuatan lubang tanam sesuai dengan model tiang panjatan yang digunakan.
Pada sistem panjatan tunggal, pengolahan tanah hanya dilakukan disekitar tiang panjatan saja. Buat lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman 30 cm di sekitar tiang panjatan. Masukkan media tanam ke dalam lubang tanam yang terdiri dari campuran tanah, pupuk kandang, dan pasir/sekam bakar dengan perbandingan 1:1:1. Setelah itu lakukan penyiraman pada media tanam hingga basah dan biarkan terkena sinar matahari selama satu minggu. Agar pertumbuhan dan produksi tanaman buah naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman. Langkah selanjutnya adalah membuat drainase berupa parit diantara baris tanaman. Pembuatan drainase bertujuan untuk menampung kelebihan air pada saat musim hujan.
Berbeda dengan pengolahan tanah sistem panjatan tunggal. Pada sistem panjatan kelompok (double rowing) pengolahan tanah dilakukan pada seluruh alur penanaman diantara dua tiang betong yang sudah dipersiapkan. Alur dibuat sepanjang 4 m dengan lebar galian 40-60 cm. Arah alur sesuai dengan arah kawat pengikat batang, yaitu diantara dua tiang betong. Kemudian media tanam ditebar merata ke dalam alur yang telah dibuat. Komposisi media tanama yang digunakan dalam satu alur adalah 20 kg tanah top soil, 20 kg pupuk kandang, dan 20 kg sekam bakar. Aduk bahan tersebut hingga merata kemudian dimasukkan ke dalam lubang alur. Setelah semua media dimasukkan ke dalam alur kemudian dilakukan penyiraman pada media hingga basah. Biarkan terkena sinar matahari selama satu minggu. Penngeringan bertujuan agar media tanam terbebas dari patogen atau penguapan akibat proses dekomposisi. Agar pertumbuhan dan produksi tanaman buah naga optimal, berikan asam humat dan asam fulvat. Tambahkan juga agensia hayati, seperti fungisida/bakterisida organik untuk mencegah serangan penyakit setelah penanaman.
Persiapan Pembibitan Tanaman Buah naga
Keberhasilan budidaya buah naga tidak terlepas dari usaha penyiapan bibit yang berkualitas. Bibit yang vigor, sehat, serta bebas hama penyakit merupakan beberapa ciri bibit yang berkualitas. Bibit yang telah dipersiapkan dengan baik akan menghasilkan tanaman yang sehat dan mampu berproduksi optimal.
Selain itu kualitas bibit juga bisa ditentukan dari kualitas induk. Jika induk tanaman buah naga memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dengan kualitas buah yang bagus, maka besar kemungkinan bibit yang dihasilkan juga memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan induknya. Jumlah kebutuhan bibit tergantung dengan sistem budidaya yang digunakan. Jika mengguanakan sistem tiang panjatan tungal maka dibutuhkan 1.000 batang/ha. Tetapi jika menggunakan sistem panjatan kelompok maka kebutuhan bibit akan lebih banyak lagi, yaitu 10.400 batang/ha. Oleh karena itu perlu dilakukan perbanyakan bibit secara intensif.
Perbanyakan bibit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perbanyakan generatif dan perbanyakan vegetatif. Perbanyakan generatif adalah perbanyakan menggunakan biji buah naga. Keuntungan menggunakan teknik perbanyakan generatif yaitu dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang banyak dengan biaya yang murah. 1 buah naga minimal berisi 1.000 biji. Namun cara ini kurang populer dan jarang dilakukan oleh pembudidaya buah naga karena membutuhkan waktu yang sangat lama dan sedikit lebih sulit jika dibandingkan dengan teknik perbanyakan vegetatif. Disamping itu untuk mendapatkan biji yang bernas dan berkualitas juga aga susah, karena harus dibutuhkan buah yang benar-benar tua dan sehat. Seleksi bijii yang berkualitas juga sulit dilakukan karena ukuran biji yang sangat kecil dan memiliki penampakan yang sama. Oleh karena itu, pada artikel ini hanya akan dibahas tentang teknik dan cara perbanyakan vegetatif.
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman dengan menggunaka bagian dari tanaman itu sendiri. Teknik perbanyakan ini membutuhkan biaya yang mahal, tetapi tingkat keberhasilannya lebih tinggi disamping waktu yang dibutuhkan pada fase pemeliharaan lebih singkat. Keuntungan lain dari perbanyakan vegetatif yaitu kemungkinan tanaman mengalami penyimpangan genetik sangat kecil.
Perbanyakan vegetatif yang digunakan dan terbukti berhasil pada budidaya buah naga adalah dengan stek batang. Perbanyakan dengan stek memiliki tingkat keberhasilan bibit bertahan hidup lebih tinggi, pertumbuhannya lebih cepat, dan bibit yang dihasilkan berkualitas tinggi dengan genetik yang serupa dengan induknya. Selain itu teknik stek batang juga mudah dilakukan.
Sebelum melakukan penyetekan harus dipiliha batang atau cabang tanaman yang baik, sehat, tua, dan sudah pernah berbuah paling tidak 3-4 kali. Keberhasilan stek ditentukan oleh calon batang yang digunakan. Batang yang pernah berbuah pertumbuhannya akan cepat, kokoh, dan mudah membentuk tunas. Sedangkan batang atau cabang yang masih muda mengandung banyak air sehingga lebih rentan terserang penyakit.
Pilihlah batang atau cabang yang tua, sehat, berwarna hijau gelap dengan ukuran panjang ideal minimal 30 cm. Batang atau cabang yang memenuhi kriteria tersebut akan lebih cepat tumbuh dan mengeluarkan tunas baru.
Setelah menentukan batang atau cabang yang akan digunakan untuk stek, maka dilakukan pemotongan terhadap calon batang yang akan digunakan. Untuk membedakan bagian bawah dan atas batang, potongan dibuat meruncing pada bagian bawah. Kemudian angin-anginkan batang stek hingga getahnya mengering kurang lebih 2-3 hari.
Stek ditanam pada polibag yang sudah diisi media dengan komposisi 1 tanah, 1 pupuk kandang, dan 1 sekam bakar. Polybag diletakkan di atas bedengan yang sudah disiapkan dengan jarak 20 cm x 20 cm. Bedengan dibuat dengan lebar 100 cm. Langkah selanjutnya tempat persemaian ditutup dengan plastik sungkup transparan dengan ditopang menggunakan bambu yang dipasang melengkung. Selama pembibitan kondisi media harus dijaga agar tidak kekeringan. Tunas baru akan muncul setelah bibit berumur kurang lebih 2 minggu. Biasanya akan tumbuh tunas lebih dari satu secara bersamaan. Pilih satu tunas yang sehat dan kokoh, jika muncul tunas baru lagi dari batang utama segera dipotong. Setelah 3 minggu, stek mulai mengeluarkan akar dan tanaman sudah tampak vigor. Pada umur ini plastik sungkup sudah bisa dibuka pada pagi hari dan ditutup lagi saat menjelang petang agar bibit memperoleh sinar matahari langsung. Namun jika kondisi hujan, plastik sungkup tetap dibiarkan menutupi bibit agar media penanaman tidak terlalu basah. Bibit siap ditanam pada umur 3-5 bulan.
Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan cara menjaga sanitasi lingkungan, baik di bedengan maupun polybag. Jaga kelembaban pembibitan dan hindari genangan air setelah penyiraman. Pembersihan gulma perlu dilakukan agar tidak terjadi kompetisi perebutan hara. Jika bibit terserang hama penyakit lakukan pengendalian secara terpadu. Jika serangan ringan, pengendalian hama penyakit cukup dilakukan secara manual. Sebagai pencegahan, lakukan penyemprotan rutin menggunakan pestisida organik maupun agensia hayati 1 minggu sekali.
Penanaman Buah Naga
Setelah tanah dan tiang panjatan dibuat,
bibit yang telah siap harus segera ditanam di lahan. Penanaman harus
dilakukan dengan hati-hati. Penanaman yang tidak benar akan
mengakibatkan bibit stress dan pertumbuhannya terhambat. Perhatikan pada
saat penanaman media dalam polybag jangan sampai pecah karena akan
membuat bibit kesuliatan beradaptasi akibat mengalami kerusakan akar.
Selain itu, kedalaman penanaman idealnya 20% dari panjang bibit.
Penanaman yang terlalu dalam akan membuat bibit mudah terserang penyakit
busuk batang.
Teknis penanaman sistem tiang panjat tunggal berbeda dengan penanaman pada sistem tiang panjat berkelompok. Pada penanaman sistem tiang panjatan tunggal dilakukan dengan jarak tanam 10 cm dari tiang panjatan. Keempat stek ditanam mengelilingi tiang panjatan. Ikat keempat bibit tersebut pada tiang panjatan menggunakan tali yang lunak agar bibit tidak mudah jatuh. Lakukan pengikatan dengan hati-hati, jangan terlalu kuat sehingga mengakibatkan batang tanaman terluka. Batang tanaman yang terluka akan mudah terserang penyakit, terutama busuk batang. Lakukan penyiraman setelah penanaman selesai.
Teknik penanaman buah naga dengan sistem double rowing dilakukan dengan cara mengikuti lajur di antara dua tiang panjatan. Bibit buah naga ditanam tidak jauh dari kawat yang dipasang secara vertikal dengan titik tanam berpola zigzag.
Teknis penanaman sistem tiang panjat tunggal berbeda dengan penanaman pada sistem tiang panjat berkelompok. Pada penanaman sistem tiang panjatan tunggal dilakukan dengan jarak tanam 10 cm dari tiang panjatan. Keempat stek ditanam mengelilingi tiang panjatan. Ikat keempat bibit tersebut pada tiang panjatan menggunakan tali yang lunak agar bibit tidak mudah jatuh. Lakukan pengikatan dengan hati-hati, jangan terlalu kuat sehingga mengakibatkan batang tanaman terluka. Batang tanaman yang terluka akan mudah terserang penyakit, terutama busuk batang. Lakukan penyiraman setelah penanaman selesai.
Teknik penanaman buah naga dengan sistem double rowing dilakukan dengan cara mengikuti lajur di antara dua tiang panjatan. Bibit buah naga ditanam tidak jauh dari kawat yang dipasang secara vertikal dengan titik tanam berpola zigzag.
Pemeliharaan Tanaman Buah Naga
Dalam budidaya buah naga,
pemeliharaan harus tetap dilakukan secara teratur. Pemeliharaan tanaman
merupakan faktor penting yang mendukung keberhasilan budidaya. Upaya
pemeliharaan pada budidaya buah naga secara intensif meliputi pengairan,
penyulaman, pengikatan batang atau cabang, pemupukan susulan,
pemangkasan, seleksi buah, sanitasi kebun, serta pengendalian hama
penyakit tanaman.
Pengairan
Pada dasarnya tanaman buah naga tidak membutuhkan
irigasi khusus. Umunya pengairan dilakukan dengan sistem tadah hujan.
Oleh karena akarnya yang sangat lebat, sehingga buah naga tahan terhadap
kekeringan. Namun buah naga tetap memerlukan air yang cukup selama
pertumbuhannya. Kekurangan air selama fase vegetatif dapat membuat
tanaman layu dan sulit bertunas. Oleh karena itu penyiraman tetap
dilakukan seminggu sekali hingga tanaman berumur 6 bulan. Bila kondisi
tanah terlalu kering, maka penyiraman dilakukan 2-4 hari sekali,
tergantung pada kondisi di lahan. Pada fase generatif, yang ditandai
dengan munculnya bunga dan buah, maka penyiraman dilakukan setiap 10-14
hari sekali atau menyesuaikan kondisi bila tanah terlalu kering.
Kekurangan air pada fase ini bisa mengakibatkan bunga rontok dan buah
yang terbentuk tidak sempurna. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore
hari.
Selain dengan penyiraman, pengairan juga bisa dilakukan dengan cara penggenangan. Caranya yaitu dengan perendaman air di parit sedalam kurang lebih 20 cm. Pengeleban dilakukan selama 1-1,5 jam, setelah itu air di parit harus segera dibuang atau dialirkan keluar. Pada sistem pertanian modern, pengairan bisa dilakukan menggunakan sprinkler dengan bantuan instalasi pompa air menggunakan motor.
Selain dengan penyiraman, pengairan juga bisa dilakukan dengan cara penggenangan. Caranya yaitu dengan perendaman air di parit sedalam kurang lebih 20 cm. Pengeleban dilakukan selama 1-1,5 jam, setelah itu air di parit harus segera dibuang atau dialirkan keluar. Pada sistem pertanian modern, pengairan bisa dilakukan menggunakan sprinkler dengan bantuan instalasi pompa air menggunakan motor.
Penyulaman tanaman
Penyulaman merupakan kegiatan mengganti
tanaman yang mati disebabkan karena serangan hama, penyakit, atau sebab
lain. Tujuan dari penyulaman yaitu agar tanaman bisa berproduksi optimal
dan efisiensi lahan tetap tinggi. Penyulaman dilakukan pada umur 7 hari
setelah tanam hingga tanaman berumur 2 bulan.
Pengikatan batang atau cabang
Letak batang atau cabang perlu
diatur agar pertumbuhan tanaman normal dan tidak salah bentuk.
Pengaturan letak turut berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan
tanaman. Pengaturan dilakukan dengan pengikatan batang atau cabang ke
tiang panjatan. Pengikatan yang terlambat membuat pertumbuhan batang
atau cabang melengkung dan tidak teratur. Akibatnya cabang produktif
tidak tumbuh ke atas.
Pengikatan dilakukan setiap 20-25 cm ke tiang panjatan. Tali pengikat bisa menggunakan tali rafia atau tali lunak lainnya dengan membentuk angaka 8. Pengikatan jangan terlalu kencang agar batang atau cabang tidak terjepit yang dapat mengakibatkan luka atau bahkan patah. Selain itu tujuan pengikatan juga untuk mempermudah akar udara menempel pada tiang panjatan sehingga memperkokoh posisi tanaman.
Pengikatan dilakukan setiap 20-25 cm ke tiang panjatan. Tali pengikat bisa menggunakan tali rafia atau tali lunak lainnya dengan membentuk angaka 8. Pengikatan jangan terlalu kencang agar batang atau cabang tidak terjepit yang dapat mengakibatkan luka atau bahkan patah. Selain itu tujuan pengikatan juga untuk mempermudah akar udara menempel pada tiang panjatan sehingga memperkokoh posisi tanaman.
Pemupukan susulan
Meskipun tanah telah menyediakan hara, akan
tetapi ketersediaan haranya tidak mencukupi untuk menunjang pertumbuhan
dan perkembangan tanaman selanjutnya. Oleh karena itu, perlu diberi
pupuk susulan atau pupuk tambahan. Pada budidaya buah naga dengan sistem
organik pemberian pupuk tambahan dilakukan menggunakan pupuk kandang
atau bahan organik lain yang sudah difermentasi. Dosis pemberian pupuk
organik sebanyak 2-5 gram/tanaman pada fase vegetatif dan 5-10
gram/tanaman pada fase generatif. Frekuensi pemberian pupuk dilakukan
dua bulan sekali. Pupuk diberikan dengan cara menggali lubang disekitar
tanaman, jangan terlalu dekat dengan batang karena bisa melukai akar
tanaman, kemudian ditaburkan dan segera ditutup dengan tanah. Setelah
semua pupuk ditutup dengan tanah, lakukan penyiraman agar pupuk mudah
bereaksi dan terserap oleh akar tanaman. Untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan produksi buah naga berikan nutrisi tanaman organik, asam humat dan asam fulvat, maupun hormon organik 7 hari sekali.
Pemangkasan tanaman buah naga
Pemangkasan tanaman bertujuan
untuk memperoleh bentuk yang baik sehingga menunjang pertumbuhan yang
baik. Selain itu, pemangkasan juga bertujuan untuk membuang bagian
tanaman yang tidak produktif seperti cabang yang kerdil atau kurus.
Batang atau cabang yang tidak produktif akan menghambat pembentukan
tunas baru dan buah karena berkompetisi dengan batang produktif dalam
memperoleh hara.
Pemangkasan vegetatif
Pemangkasan vegetatif untuk membentuk batang pokok dilakukan setelah bibit ditanam. Tunas yang tumbuh dari bibit dipertahankan hanya 1-2 tunas saja. Pilih tunas atau cabang yang sehat, kokoh dan berwarna hijau gelap. Tunas yang berbentuk tidak sempurna, dengan ujung membulat, juga harus dipangkas. Tunas yang dipelihara akan menjadi batang utama untuk dipertahankan hingga berukuran 130-150 cm. Jika telah mencapai tinggi yang diinginkan maka segera dipangkas sekitar 5-10 cm dari ujung batang. Bekas pangkasan dioles dengan larutan fungisida/bakterisida organik untuk menghindari infeksi cendawan atau bakteri. Dengan pemangkasan batang akan merangsang tumbuhnya cabang produktif yang seragam. Tunas baru yang muncul di bagian bawah juga harus dipangkas.
Pemangkasan generatif
Setelah pemangkasan vegetatif di bagian pangkal batang utama, maka akan muncul cabang produktif secara alami pada ujung batang tersebut. Umumnya akan muncul 4-5 cabang produktif. Lakukan seleksi pada cabang produktif tersebut dan pilih 3-4 cabang yang paling besar, sehat, kekar, dan berwarna hijau gelap. Pemangkasan tetap dilakukan pada setiap tunas baru yang muncul di cabang produktif hingga cabang produktif mencapai ukuran 70-100 cm. Saat cabang produktif telah mencapai ukuran tersebut, segera pangkas 5-10 cm dari ujung cabang. Setelah dilakukan pemotongan pada ujung cabang produktif, maka pemangkasan dilakukan terhadap semua tunas baru yang muncul pada tanaman buah naga. Pemotongan tunas tersebut bertujuan agar nutrisi yang diserap tanaman digunakan secara optimal untuk pembentukan bunga dan buah. Yang perlu diperhatikan adalah setiap kali melakukan pemangkasan harus segera diikuti dengan pengolesan larutan pestisida organik pada bekas pangkasan tersebut.
Pemangkasan vegetatif
Pemangkasan vegetatif untuk membentuk batang pokok dilakukan setelah bibit ditanam. Tunas yang tumbuh dari bibit dipertahankan hanya 1-2 tunas saja. Pilih tunas atau cabang yang sehat, kokoh dan berwarna hijau gelap. Tunas yang berbentuk tidak sempurna, dengan ujung membulat, juga harus dipangkas. Tunas yang dipelihara akan menjadi batang utama untuk dipertahankan hingga berukuran 130-150 cm. Jika telah mencapai tinggi yang diinginkan maka segera dipangkas sekitar 5-10 cm dari ujung batang. Bekas pangkasan dioles dengan larutan fungisida/bakterisida organik untuk menghindari infeksi cendawan atau bakteri. Dengan pemangkasan batang akan merangsang tumbuhnya cabang produktif yang seragam. Tunas baru yang muncul di bagian bawah juga harus dipangkas.
Pemangkasan generatif
Setelah pemangkasan vegetatif di bagian pangkal batang utama, maka akan muncul cabang produktif secara alami pada ujung batang tersebut. Umumnya akan muncul 4-5 cabang produktif. Lakukan seleksi pada cabang produktif tersebut dan pilih 3-4 cabang yang paling besar, sehat, kekar, dan berwarna hijau gelap. Pemangkasan tetap dilakukan pada setiap tunas baru yang muncul di cabang produktif hingga cabang produktif mencapai ukuran 70-100 cm. Saat cabang produktif telah mencapai ukuran tersebut, segera pangkas 5-10 cm dari ujung cabang. Setelah dilakukan pemotongan pada ujung cabang produktif, maka pemangkasan dilakukan terhadap semua tunas baru yang muncul pada tanaman buah naga. Pemotongan tunas tersebut bertujuan agar nutrisi yang diserap tanaman digunakan secara optimal untuk pembentukan bunga dan buah. Yang perlu diperhatikan adalah setiap kali melakukan pemangkasan harus segera diikuti dengan pengolesan larutan pestisida organik pada bekas pangkasan tersebut.
Seleksi bunga dan buah
Tanaman yang sudah mulai berbungan
ditandai dengan munculnya bunga pada cabang produktif. Biasanya akan
muncul lebih dari satu bunga. Oleh karena itu, seleksi bunga dilakukan
saat bunga masih kecil, sehingga nutrisi tidak digunakan untuk
perkembangan bunga yang dibuang. Pilih 2-3 bunga yang paling besar,
sehat, berwarna cerah, dan segar pada setiap cabang produktif dengan
jarak antar bunga kurang lebih 30 cm.
Sanitasi Kebun
Sanitasi kebun merupakan kegiatan membersihkan
kebun dari gulma atau tumbuhan pengganggu, batang atau cabang bekas
pangkasan, serta perawatan saluran irigasi agar tidak menimbulkan
genangan air saat musim hujan. Tujuan dari kegiatan tersebuat adalah
untuk mencegah penyebaran hama penyakit, menjaga kelembaban areal
pertanaman, dan pengurangi perebutan unsur hara antara tanaman buah naga
dengan gulma.
Batang atau cabang bekas pangkasan segera dikumpulkan dan dimusnahkan saat melaukan pemangkasan. Caranya dengan menyediakan wadah dan langsung memasukan bekas pangkasan tersebut ke dalam wadah agar tidak tercecer. Pengendalian gulama dilakukan dengan melakukan penyiangan rutin. Pada budidaya buah naga organik, pengendalian gulma tidak dianjurkan menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan secara kultur teknis menggunakan cangkul. Pencangkulan di sekitar titik tanam dilakukan dengan hari-hati agar tidak merusak perakaran tanaman buah naga.
Batang atau cabang bekas pangkasan segera dikumpulkan dan dimusnahkan saat melaukan pemangkasan. Caranya dengan menyediakan wadah dan langsung memasukan bekas pangkasan tersebut ke dalam wadah agar tidak tercecer. Pengendalian gulama dilakukan dengan melakukan penyiangan rutin. Pada budidaya buah naga organik, pengendalian gulma tidak dianjurkan menggunakan herbisida. Penyiangan dilakukan secara kultur teknis menggunakan cangkul. Pencangkulan di sekitar titik tanam dilakukan dengan hari-hati agar tidak merusak perakaran tanaman buah naga.
0 komentar:
Post a Comment