Organisme Pengganggu Tanaman (part 3)



                     ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
                                 (dari golongan Gulma)

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki, tumbuh pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhanya. Berdasarkan keadaan morfologinya, dikenal gulma rerumputan (grasses), teki-tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaf).

Golongan gulma rurumputan kebanyakan berasal dari famili gramineae (poaceae). Ukuran gulma golongan rerumputan bervariasi, ada yang tegak, menjalar, hidup semusim, atau tahunan. Batangnya disebut culms, terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat antara ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku pada setiap antara ruas daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun., contoh gulma rerumputan Panicium repens, Eleusine indica, Axonopus compressus dan masih banyak lagi.

Golongan teki-tekian kebanykan berasal dari famili Cyperaceae. Golongan ini dari penampakanya hampir mirip dengan golongan rerumputan, bedanya terletak pada bentuk batangnya. Batang dari golongan teki-tekian berbentuk segitiga. Selain itu golongan teki-tekian tidak memiliki umbi atau akar ramping di dalam tanah. Contoh golongan teki-tekian: Cyprus rotundus, Cyprus compresus.

Golongan gulma berdaun lebar antara lain: Mikania spp, Ageratum conyzoides, Euparotum odorotum. Berdasarkan habitat tumbuhnya, dikenal gulma darat, dan gulma air. Gulma darat merupakan gulma yang hidup didarat, dapat merupakan gulma yang hidup setahun, dua tahun, atau tahunan (tidak terbatas). Penyebaranya dapat melalui biji atau dengan cara vegetatif. Contoh gulma darat diantaranya Agerathum conyzoides, Digitaria spp, Imperata cylindrical, Amaranthus spinosus. Gulma air merupakan gulama yang hidupnya berada di air. Jenis gulma air dibedakan menjadi tiga, yaitu gulma air yang hidupnya terapung dipermukaan air (Eichhorina crassipes, Silvinia) spp, gulma air yang tenggelam di dalam air (Ceratophylium demersum), dan gulma air yang timbul ke permukaan tumbuh dari dasar (Nymphae sp, Sagitaria spp).


KLASIFIKASI GULMA


Cara klasifiikasi pada tumbuhan ada dua macam yaitu buatan (artificial) dan alami (natural). Pada klasifikasi sistem buatan pengelompokan tumbuhan hanya didasarkan pada salah satu sifat atau sifat-sifat yang paling umum saja, sehingga kemungkinan bisa terjadi beberapa tumbuhan yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dikelompokan dalam kelompok yang terpisah dan sebaliknya beberapa tumbuhan yang hanya mempunyai sedikit persamaan mungkin dikelompokan bersama dalam satu kelompok. Hal demkian inilah yang merupakan kelemahan utama dari kalsifikasi sistem buatan. Pada klasifikasi sistem alami pengelompokan didasarkan pada kombinasi dari beberapa sifat morfologis yang penting. Klasifikasi sistem alami lebih maju daripada klasifikasi sistem buatan, sebab menurut sistem tersebut hanya tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hubungan filogenetis saja yang dikelompokan ke dalam kelompok yang sama.

Cara klasifiksi pada gulma cenderung mengarah ke sistem buatan. Atas dasar pengelompokan yang berbeda, maka kita dapat mengelompokan gulma menjadi kelompok-kelompok atau golongan-golongan yang berbeda pula. Gulma dapat dikelompokan seperti berikut ini :


1. Berdasarkan siklus hidupnya, gulma dapat dikelompokan menjadi :


a. Gulma setahun (gulma semusim, annual weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli, Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis littoralis dan lain sebagainya.


b. Gulma dua tahun (biennial weeds), yaitu gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida. Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare, Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis.


c. Gulma tahunan (perennial weeds), yaitu gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air (di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk pertumbuhannya akan bersemi kembali.

    Berdasarkan cara berkembang biaknya, gulma tahunan dibedakan menjadi dua :

         a). Simple perennial, yaitu

gulma yang sebenarnya hanya berkembang biak dengan biji, akan tetapi apabila bagian tubuhnya terpotong maka potongannya akan dapat tumbuh menjadi individu baru. Sebagai contoh Taraxacum sp. dan Rumex sp., apabila akarnya terpotong menjadi dua, maka masing-masing potongannya akan tumbuh menjadi individu baru.

         b). Creeping perennial, yaitu

gulma yang dapat berkembang biak dengan akar yang menjalar (root creeping), batang yang menjalar di atas tanah (stolon) atau batang yang menjalar di dalam tanah (rhizoma). Yang termasuk dalam golongan ini contohnya Cynodon dactylon, Sorgum helepense, Agropyron repens, Circium vulgare. Beberapa diantaranya ada yang berkembang biak dengan umbi (tuber), contohnya Cyperus rotundus dan Helianthus tuberosus. Contoh gulma tahunan populair yang perkembangbiakan utamanya dengan rhizoma adalah alang-alang (Imperata cylindrica). Dengan dimilikinya alat perkembangbiakan vegetatif, maka gulma tersebut sukar sekali untuk diberantas. Adanya pengolahan tanah untuk penanaman tanaman pangan atau tanaman setahun lainnya akan membantu perkembangbiakan, karena dengan terpotong-potongnya rhizoma, stolon atau tubernya maka pertumbuhan baru akan segera dimulai dan dapat tumbuh berkembangbiak dengan pesat dalam waktu yang tidak terlalu lama apabila air tercukupi. Adanya pengendalian dengan frekuensi yang tinggi (sering atau berulang-ulang) baik secara mekanis ataupun secara kimiawi, maka lambat laun pertumbuhannya akan tertekan juga. Satu cara pengendalian yang efektif, yang juga diperlukan adalah dengan membunuh kecambah-kecambah yang baru muncul atau tumbuh di atas permukaan tanah.


2. Berdasarkan habitatnya, gulma dikelompokkan menjadi :


a. Gulma darat (terrestial weeds), yaitu gulma yang tumbuh pada habitat tanah atau darat. Contoh Cyperus rotundus, Imperata cylindrica, Cynodon dactylon, Amaranthus spinosus, Mimosa sp. , dan lain sebagainya.


b. Gulma air (aquatic weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air. Gulma air dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :


1). Gulma air garam (saltwater atau marine weeds), yaitu gulma yang hidup pada kondisi air seperti air laut, di hutan-hutan bakau. Sebagai contoh Enchalus acoroides dan Acrosticum aureum.


2). Gulma air tawar (fresh water weeds), yaitu gulma yang tumbuh di habitat air tawar.    Dikelompokkan lagi ke dalam:


a). Gulma yang tumbuh mengapung (floating weeds), contohnya Eichornia crassipes, Salvinia cuculata, Pistia stratiotes.


b). Gulma yang hidup tenggelam (submerged weeds), dibedakan ke dalam Gulma yang hidup melayang (submerged not anchored weeds), contoh Ultricularia gibba.Gulma yang akarnya masuk ke dalam tanah (submerged anchored weeds), contoh Hydrilla verticillata, Ottelia alismoides, Najas indica, Ceratophyllum demersum.


c). Gulma yang sebagian tubuhnya tenggelam dan sebagian mengapung (emerged weeds), contoh Nymphae spp. , Nymphoides indica.


d). Gulma yang tumbuh di tepian (marginal weeds), contoh Panicum repens, Scleria poaeformis, Rhychospora corymbosa, Polygonum sp., Ludwigia sp., Leersia hexandra, Cyperus elatus.


3. Berdasarkan tempat tumbuhnya, gulma dikelompokkan menjadi :


a.    Terdapat di tanah sawah, contohnya Echinochola crusgalli, Echinochola colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Marsilea crenata.


b. Terdapat di tanah kering atau tegalan, contohnya Cyperus rotundus, Amaranthus spinosus, Eleusine indica.


c. Terdapat di tanah perkebunan besar, contohnya Imperata cylindrica, Salvinia sp., Pistia stratiotes.


4. Berdasarkan sistematikanya, gulma dikelompokan ke dalam :


a. Monocotyledoneae, gulma berakar serabut, susunan tulang daun sejajar atau melengkung, jumlah bagian-bagian bunga tiga atau kelipatannya, dan biji berkeping satu. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus dactylon, Echinochloa crusgalli, Panicum repens.


b. Dicotyledoneae, gulma berakar tunggang, susunan tulang daun menyirip atau menjari, jumlah bagian-bagian bunga 4 atau 5 atau kelipatannya, dan biji berkeping dua. Contohnya Amaranthus spinosus, Mimosa sp., Euphatorium odoratum.


c. Pteridophyta, berkembang biak secara generatif dengan spora. Sebagai contoh Salvinia sp., Marsilea crenata.


5. Berdasarkan morfologinya, gulma dikelompokan ke dalam :


a. Golongan rumput (grasses)

Gulma golongan rumput termasuk dalam familia Gramineae/Poaceae. Deangan ciri, batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea. Buah disebut caryopsis atau grain.Contohnya Imperata cyliindrica / alang-alang, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.




b. Golongan teki (sedges)

Gulma golongan teki termasuk dalam familia Cyperaceae.Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka. Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides.


c. Golongan berdaun lebar (broad leaves)

Berbagai macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.),wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung rambut (Mikania michranta), dan putri malu (Mimosa pudica).


6. Berdasarkan asalnya, gulma dikelompokan ke dalam :


a. Gulma obligat (obligate weeds) adalah gulma yang tidak pernah dijumpai hidup secara liar dan hanya dapat tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contoh Convolvulus arvensis, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava.


b. Gulma fakultatif (facultative weeds) adalah gulma yang tumbuh secara liar dan dapat pula tumbuh pada tempat-tempat yang dikelola oleh manusia. Contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus Opuntia sp.


7. Berdasarkan parasit atau tidaknya, gulma dibedakan dalam :


a. Gulma non parasit, contohnya Imperata cylindrica, Cyperus rotundus.


b. Gulma parasit, dibedakan lagi menjadi :


1) Gulma parasit sejati, contoh Cuscuta australis (tali putri).

Gulma ini tidak mempunyai daun, tidak mempunyai klorofil, tidak dapat melakukan asimilasi sendiri, kebutuhan akan makannya diambil langsung dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya (haustarium) memasuki sampai ke jaringan floem.


2) Gulma semi parasit, contohnya Loranthus pentandrus.

Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan unsur hara lainnya diambil dari tanaman inangnya dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.


3) Gulma hiper parasit, contoh Viscum sp.

Gulma ini mempunyai daun, mempunyai klorofil, dapat melakukan asimilasi sendiri, tetapi kebutuhan akan air dan hara lainnya diambil dari gulma semi parasit, dan akar pengisapnya masuk sampai ke jaringan silem.


Daftar Gulma yang hidup pada hutan DIPTEROKARPA Indonesia

·                     Alocasia longiloba (Araceae) sejenis tanaman keladi hutan.

·                     Alpinia sp. (Zingiberaceae).

·                     Bauhinia lingua DC (Caesalpiniaceae) seperti tanaman merambat, daunya berbentuk hati simetris dan dapat menutup pada malam hari.

·                     Clidemia hirta (L) D.Don (Melastomataceae).

·                     Calathea sp. (Marantaceae).

·                     Ageratum conyzoides L. (Asteraceae).

·                     Eupatorium odoratum L. (Asteraceae) memiliki bentuk dan struktur yang sama dengan Ageratum c.L.

·                     Melastoma malabatricum L (Melastomataceae).

·                     Hyptis capitata jacq (Lamiaceae).

·                     Sesbania sesban L. (Leguminosae).

·                     Merremia umbellata L. Hallier f. (Convolvulaceae).

·                     Nephrolepis falcata (Cav.) C.Chr. (Oleandraceae).

·                     Stenochlaena palutris (Burm.f.) Bedd. (Blechnaceae).

·                     Lycopodium cernuum L. (Lycopodiaceae).

·                     Gleichenia linearis (Burm.) Clarke (Gleicheniaceae).

·                     Lygodium circinatum (Burm.f.) Sw. (Schizaeaceae).

·                     Lygodium microphyllum (Cav.) R.Br. (Schizaeaceae).

·                     Selaginella willdenovii (Selaginellaceae).

·                     Blechnum orientale L. (Blechnaceae).

·                     Piper aduncum L. (piperaceae).

·                     Selaginella sp. (Selaginellaceae).

·                     Piper betle L. (Piperaceae) atau sirih.

·                     Mimosa pudica L. (Fabaceae) atau putri malu.

·                     Scleria puspurascens Benth. (Cyperaceae) sejenis rerumputan.

·                     Imperata cylindrica (L.) Beauv. (Poaceae) sejenis alang-alang.

·                     Centotheca lappacea (L.) Desv. (Poaceae) atau rumput liar.

·                     Solanum torvum Swartz (Solanaceae).

·                     Echinocloa colonum (L.) Link (Poaceae) sejenis rerumputan.

·                     Erechtites valerianifolia (Spreng.) DC. (Asteraceae).

·                     Toxocarpus longipetalus Merr. (Lauraceae).


Pengendalian Gulma

Gulma yang selalu tumbuh di sekitar pertanaman (crop) mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan serta hasil akhir. Adanya gulma tersebut membahayakan bagi kelangsungan pertumbuhan dan menghalangi tercapainya sasaran produksi pertanaman pada umumnya. Usaha manusia dalam mengatasi hal tersebut dapat berupa pemberantasan atau pengendalian, tergantung pada keadaan tanaman, tujuam bertanam, dan biaya. Budidaya pada tanaman dan pengelolaan masih merupakan usaha yang cukup memadai dalam pertanian. Dengan ditemukannya herbisida, peristiwa peracunan dan dosis dalam derajad pengendalian masih perlu dipertimbangkan, demikan pula tentang selektivitas “mode of action” dan efek residu. Pemberantasan gulma dilaksanakan bila gulma itu benar-benar “jahat”, tumbuh di suatu tempat tertentu dalam lintasan yang cukup sempit dan dapat membahayakan lingkungan. Dengan demikian tujuan pemberantasan gulma semata-mata untuk membasmi tumbuhnya tumbuhan itu selengkapnya.

Adapun pengendalian dilaksanakan, bila gulma tumbuh pada area tertentu disekitar pertanaman, dan tidak seluruh waktu tumbuh gulma akan mempengaruhi pertumbuhan pertanaman seluruhnya. Hanya pada saat-saat tertentu (saat periode kritis) saja gulma tersebut harus diberantas. Dengan demikian tujuan pemberantasan dan pengendalian gulma berbeda. Pengendalian gulma dilaksanakanpada saat tertentu, yang bila tak diberantas pada saat itu akan benar-benar menurunkan hasil akhir pertanaman. Pengendalian terhadap gulma yang berkembang luas dan sulit untuk dibasmi secara menyeluruh, bila dikerjakan akan memakan biaya cukup mahal dan hasil pertanaman secara ekonomis tidak memadai. Pengendalian gulma hendaknya dilaksanakan jika kita telah memiliki pengetahuan tentang gulma itu. Bagaimana gulma itu dibiakan, disebarkan, bagaimana bereaksi dengan perubahan lingkungan, dan bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan tersebut, ataupun bagaiman tanggapnya terhadap perlakuan zat kimia, serta panjang siklus hidupnya, seperti annual, biennial, dan perennial. Namun panjang siklus hidup ini beragam dengan beda iklim.

Dengan pengalaman pengetahuan di atas,  pengendalian gulma dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu secara:


A. Mekanik

Pengendalian gulma dengan cara ini hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik, baik dengan tangan biasa, alat sederhana maupun alat berat.


·                     Pencabutan dengan tangan atau disebut penyiangan dengan tangan

Cara semacam ini sangat praktis, efisien, dan terutama murah jika diterapkan pada suatu area yang tidak luas. Pencabutan dengan tangan ditujukan pada gulma annual dan biennial. Untuk gulma perennial pencabutan semacam ini mengakibatakan \terpotong dan tertinggalnya bagian di dalam tanah yang akhirnya kecambah baru dapat tumbuh. Pencabutan bagi jenis gulma yang terakhir ini menjadi berulang-ulang dan pekerjaan menjadi tidak efektif. Pada taman, cara pencabutan akan berhasil akan baik bila diberi air sampai basah benar, sehingga memudahkan pencabutan. Pelaksanaan pencabutan terbaik adalah pada saat sebelum pemebentuksn biji.


·                     Bajak tangan.

Alat semacam ini dinamakan most satisfactorily meets the weeds. Alat ini sangat berguna pada halaman dan sebagai alat tambahan pengolah tanah dalam penyiangan di segala jenis barisan pertanaman. Jenis gulma perennial yang persisten dapat pula diberantas dengan alat ini. Dalam 3 sampai 4 bulan pertama pembajakan dengan intrval 10 harian dianjurkan. Alat ini sangat praktis pula dilaksanakan pada tempat yang tak dapat dijangkau dengan alat berat maupun herbisida.


·                     Pengolahan tanah

Suatu usaha yang cukup praktis pada pengendalian gulma annual, biennial, perennial, ialah cara pengolahan tanah. Dalam pengendalian gulma annual cukup dibajak dangkal saja. Dengan cara ini gulma tersebut dirusakkan bagian atas tanah saja. Sedang untuk biennal bagian atas tanah dan mahkota, dab bagi perennial kedua bagian di bawah dan di atas tanah dirusakkan. Kebanyakan gulma annual dapat dikendalikan hanay dengan sekali pemberoan. Bila tanah banyak mengandung biji gulma yang viabel, maka perlu diikuti tahun kedua dengan pertanaman barisan dan pengolahan yang bersih untuk mencegah pembentukan biji. Sedangkan untuk gulma perennial, pemberoan semusim belum cukup. Sebaiknya perlakuan digaabung dengan pengunaan herbisida dan pengolahan yang bersih. Metoden ini cukup memadai dan beragam dengan spesies gulma, usia infestasi dan sifat tanah, kesuburan serta kedalaman air tanah. Gulma perennial yang berakar dangkal sekali pembajakan cukup dapat mereduser, dengan “membawa” akar ke  atas dan dikeringkan. Pembajakan di atas akan menekan pemebentukan dan tunas baru. Untuk gulma perennial berakar dalam pembajakan berulangkali dan pada interval teratur akan menguarangi perkembangannya. Perlakuan ini akan menguras cadangan pangan dalam akar dengan berulangkali merusak bagian atas. Pada tanah ringan dan kurang subur perlakuan tersebut sangat berhasil. Dari pengolahan tanah dapat disimpukan bahwa penimbunan titik tumbuh gulma dan mengganggu sistem perakaran dengan pemotongan akar dapat membuat gulma mati, karena potongan-potongan akar dapat mengering sebelum pulih kembali.


·                     Penggenangan

Pelaksanaan penggenangan pada umumnya berhasil untuk gulma perennial. Penggenangan dibatasi dengan galangan, dengan tinggi kurang lebih 15-25 cm selama 3-8 minggu. Sebelumnya dibajak terlebih dahulu dan tak dibenarkan ada tumbuhan yang mencuat di atas permukaan air. Gulma “ganas” yang perennial dan tumbuh dengan padi sawah pada umumnya diberantas dengan cara ini dan sangat berhasil pada tanah ringan, sedang pada tanah keras dianjurkan. Penggenangan dapat berhasil dengan memuaskan bila ketinggian air tidak menyebabkan pertumbuhan baru, namun informasi andal tentang penggenangan ini juga masih belum lengkap.


·                     Panas

Suhu tinggi menyebabkan panas. Panas dapat mengkoagulasikan protopalsma dan mengurangi enzim. Titik mati menyebabkan sel tanaman karena panas terletak antara 45-55. Api atau uap panas sehubungan dengan pengendalian gulma mempunyai tujuan untuk: menghancurkan bagian atas gulma yang telah tua atau terpotong oleh alat lain (api), pada tempat berbatu atau jalan kereta api, uap panas dan hembusan api dapat dikerjakan lebih praktis, pada barisan tanaman kapas biji gulma yang berkecambah dapat dibasmi oleh hembusan api, yang dikerjakan berulang kali sejak batang tanaman bergaris tengah kurang lebih 0,5 cm, panas sering untuk membasmi biji yang terpendam (gulma perennial).

Pembakaran lebih sering untuk menghilangkan samapah bekas tanaman daripada sebagai cara pengendalian. Hanya sebagian kecil biji gulma dapat selamat, apabila masuk dalam celah-celah tanah, ikut “drift” dari angin atau aliran air. Di lain pihak, api dapat memacu perkecambahan biji gulma tertentu yang tertimbun tanah sangat dangkal. Meskipun pembakaran gulma tua tidak begitu memadai, namun dapat membantu dalam hal: menghindari bahaya kebakaran, membersihkan aliran air, membunuh hama dan penyakit yang bersarang pada gulma dari sisa bajakan atau potongan, dan menghilangkan samaph itu sendiri.


·                     Pembubuhan mulsa

Untuk menghalangi sampainya cahaya matahari pada gulma dan menghalangi pertumbuhan bagian atas, maka selapis bahan mulsa yang ditutupkan di atas gulma akan sangat berhasil. Gulma perennial menghendaki selapis tebal jerami, namun gulma yang mempunyai pertumbuhan vegetatif indertiminite kurang sesuai dengan perlakuan ini. Tetapi perlakuan mulsa dengan jerami, dan lain-lain, hanya dipergunakan dalam ukuran kecil saja.



B. Metode Pola Tanam Atau Persaingan

Bercocok tanam dengan cara bergiliran akan meningkatkan kemampuan crop (pertanaman). Masing-masing crop berasosiasi dengan sejenis gulma tertentu dengan khas. Menanam crop seperti ini terus menerus (beruntun) dapat mengakibatkan akumulasi gulma, oleh karena itu, perencanaan pergiliran tanaman tidak boleh mengabaikan faktor gulma. Pergiliran tanaman memberi kemungkinan segolongan gulma tidak mempunyai kesempatan mengganggu perkembangan pertanaman berikutnya. Pesaing kuat bagi suatu pertanaman memberi banyak keuntungan. Misalnya, pertanaman itu cepat tumbuh, berkanopi lebat sehingga cepat memberikan naungan pada daerah di bawahnya, dan cepat masak untuk dipanen, karena persaingan yang diperebutkan adalah cahaya, air, dan nutrisi, maupun ruangan.


C. Pengendalian Gulma Secara Biologis

Telah diketahui bahwa insekta dan jamur merupakan hama dan penyakit bagi pertanaman. Di lain pihak ada insekta yang memakan gulma, maka masalahnya  lain. Insekta tersebut jadinya dapat memberantas gulma. Sebagai contoh klasuik ialah setelah diperkenalkannya sejenis penggerek Argentine (Cactoblastis cactorum) di Queensland, maka kaktus(Opuntia) yang menghuni lahan seluas kurang lebih 25 juta ha selama 12 tahun dapat ditekan sampai 95%. Demikian pula pengenalan insekta pemakan daun (Chryssalnia spp.) di California dapat menekan sejenis gulma. Namun perlu diingat bahwa penggunaan musuh gulma tersebut harus hati-hati, jangan sampai setelah gulma dimangsa, tanaman pun dapat pula diganggu. Tidak lazim, ada pula, sejumlah hewan ternak yang memakan rerumputan secara teratur dapat menekan sejenis gulma.


D. Pengendalian Gulma Secara Kultur Preventif (Pencegahan)

Pencegahan lebih baik daripada perawatan, karena itu harus menjaga benih yang akan ditanamkan sebersih mungkin dan bebas dari kontaminasi dengan biji gulma, juga pembuatan kompos harus sempurna, pengunaan alat pertanian harus bersih, serta “menyaring” air pengairan agar tidak membawa biji gulma ke petak pertanaman, ataupun lebih luasnya tidak membawa biji gulma masuk ke tempat penampang air pengairan.


E. Pengendalian Gulma Secara Kultur Teknis

Membiarkan tumbuhan tinggal pada suatu lahan dapat mengakibatkan tanah “terpegang” oleh perakaran dan jatuhnya air hujat tertahan oleh kanopi, akibatnya erosi dapat dikurangi. Namun demikian pada suatu lahan yang ditumbuhi sejenis atau beberapa jenis gulma, bila lahan tersebut hendak ditanami dengan crop, perlu diadakan pengiolahan lahan terlebuh dahulu. Pengolahan tanah yang cukup dalam dan berulangkali dapat menghancurkan tumbuhnya kebanyakan gulma meskipun tindakan semacam ini memerlukan tambahan tenaga. Saat pengolahan tanah yang tepat perlu dipertimbangkan, yaitu sebelum pembentukan tunas, jangan sampai gulma berbunga apalagi membentuk biji. Demikian pula, jenis alat pengolah akan memberi pengaruh pada “bersihnya” pengolahan tanah dari gulma. Alat pengolah yang sederhana sampai sempurna akan memberi beda pada timbulnya gulma selanjutnya. Alat sederhana menggunakan tenaga manusia atau hewan, sedang yang sempurna boleh disebutkan alat berat yang menggunakan mesin.


F. Pengendalian Gulma Secara Ekologis

Memodifikasikan lingkungan yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman menmenjadi  baik dan pertumbuhan tanaman menjadi baik dan pertumbuhan gulma menjadi buruk adalah cara lain dalam pengendalian gulma. Misalnya mengubah kedudukan air dan nutrisi dalam tanah saat tertentu (pada saat ada atau tiada tanaman yang tumbuh pada suatu lahan), dengan cara pemberoan setelah suatu tanaman dipanen, ataupun pemberoan yagn diberi genangan. Di lain pihak membuat drainase bagi tanah berair dapat membantu pengendalian gulma dan pengolahan lebih awal dapat dilaksanakan.


G. Pengendalian Gulma Secara Terpadu

Akibat parahnya penekanan gulma pada pertumbuhan membuat para petani berusaha dengan sunguh-sunguh dalam menanganinya. Suatu pengendalian gulma yagn efektif melibatkan beberapa cara dalam waktu yang berurutan dalam suatu musim tanam. Misalnya saja, satu jenis spesies pertanaman kurang mampu menekan pertumbuhan gulma, pengendalian secara mekanik sendiri tidak sempurna dalam mengatasi gulma tertentu. Maka timbul pemikiran bahwa paduan antara beberapa cara pengendalian dalam satu musim tanam diharapkan dapat mengatasi masalahnya. Seperti perpaduan antara pengendalian secara mekanik diteruskan dengan pemberian herbisida pasca tumbuh, penggunaan herbisida pra-tumbuh dan lain lagi perpaduan yang sekiranya dapat menekan infestasi gulma yang sulit untuk dibasmi. Penentuan keputusan pelaksanaan pengendalian secara terpadu sangat penting dalam keberhasilannya. Apakah perpaduan cara pengendalian itu menguntungkan atau tidak. Kombinasi dalam perpaduan yang tepat akan memberikan hasil yang maksimal dalam pengendalian gulma.


H. Pengendalian Gulma Secara Kimiawi 

            Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi yang dapat menekan atau bahkan mematikan gulma. Bahan kimiawi itu disebut herbisida: herba=gulma dan sida=membunuh; jadi zat herbisida ialah zat kimiawi yang dapat mematikan gulma. Pengendalian dengan cara ini membutuhkan alat penyebar herbisida serta pengetahuan tentang herbisida itu sendiri, agar pengendalian yang dilakukan dapat berhasil. Namun secara garis besar dapat diutarakan disini bahwa ada dua golongan utama herbisida yang dengan sendirinya penggunaannya memberikan konsekuensi tertentu pula. Dua golongan itu ialah herbisida selektif dan herbisida non selektif. Kebanyakan herbisida akan lebih efektif pada gulma daun lebar, bila besar konsentrasi herbisida yang dipergunakan tepat dan tepat pula saat pemberian yang dibutuhkan. Sesuai dengan waktu pemberian, maka herbisida dapat diber Pra-pengolahan, sebelum pengolahan tanah, gulma yang di atas lahan diberi herbisida untuk memudahkan pengolahan. 
·    Pra-tanam, setelah pengolahan tanah dan sebelum tanam herbisida diberikan untuk menghambat
    pertumbuhan gulma dan memudahkan menanam. 

·     Pra-tumbuh, setelah tanam, herbisida diberikan sebelum tanaman maupun gulma muncul atau tumbuh.

     Tentang arah penggunaan herbisida dengan alat penyemprot dapat diberikan secara:

                                 ·        langsung pada gulmanya 

·        langsung pada gulma yang tumbuh terpencar 

·        langsung pada gulma dalam larikan 

·        diberikan di atas tanaman 

·         diberikan pada keseluruhan tanaman pada gulma


Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar:

Post a Comment